Baca juga: Bilamana Modal Sosial Dapat Dibanggakan?
https://www.youtube.com/watch?v=ZMmhoS0FJ9E&feature=youtu.be&t=96
Baca juga: Bilamana Modal Sosial Dapat Dibanggakan?
https://www.youtube.com/watch?v=ZMmhoS0FJ9E&feature=youtu.be&t=96
Meskipun telah banyak kali sebagai penyaji (presenter) makalah dalam berbagai event internasional, Rabu, 24 Juni 2020 merupakan kali kedua saya menjadi Pembicara Kunci (Keynote Speaker) dalam sebuah konferensi ilmiah internasional, setelah sebelumnya berbicara di KU Leuven, Belgia.
Konferensi ilmiah itu adalah AMER ABRA International Virtual Conference on Environment-Behaviour Studies, atau disingkat AIVCE-BS. AMER ABRA sendiri merupakan singkatan dari Association of Malaysian Environment-Behaviour Researchers – Association of Behavioural Researchers on Asians/Africans (Persatuan Penyelidik-Penyelidik Perilaku Orang Asia/Afrika) .
Sebagaimana disebutkan dalam prospektus ini, sejak 2009, saya menjadi Keynote Speaker ke-83 dalam seluruh rangkaian konferensi ilmiah internasional yang diselenggarakan oleh AMER ABRA.
Sejumlah nama lainnya yang pernah menjadi Keynote Speakers juga adalah Prof. Dr. Gary Evans (Cornell University), Emer. Prof. Dr. Christopher Spencer (University of Sheffield), Assoc. Prof. Dr. Ir. Iwan Sudradjat (ITB), Prof. Dr. Roger Fay (University of Tasmania), Emer. Prof. Dr. Robert Marans (University of Michigan), Assoc. Prof., Dr. Shenglin Elijah Chang (National Taiwan University), Prof. Dr. Emil Salim (Council of Advisors to the President of the Republic of Indonesia), Dr. Kate Bishop (University of New South Wales), Ar. John Brennan (University of Edinburgh).
Dalam keynote speech ini saya berbicara mengenai The Psychology of Corruption: How far we have moved in research. Saya memaparkan perkembangan studi psikologi korupsi di Indonesia dan dunia pada umumnya, memaparkan hasil-hasil studi saya bersama tim peneliti psikologi korupsi, serta memberikan sejumlah rekomendasi ke depan.
Konferensi ilmiah internasional yang diselenggarakan AMER ABRA sangat menjaga mutu publikasinya. Komite/panitia memiliki tradisi untuk mengumumkan Best Paper Awards. Nomor urut pertama dari paper yang menerima awards kali ini adalah paper yang ditulis oleh Dr. Ni Ketut Agusintadewi dari Universitas Udayana, Indonesia. Suatu hal yang membanggakan!
Catatan kaki:
*) Padanan bahasa Indonesia dari keynote speech sebagai “sesorah-nada-dasar” saya peroleh dari Prof. Liek Wilardjo dari UKSW. Saya mendengar sendiri pertanggungjawaban istilah Indonesia tersebut sewaktu menjadi salah seorang penyaji dalam konferensi “Menggugat Fragmentasi dan Rigiditas Pohon Ilmu“, di mana saya membawakan sebuah makalah.
Paparan Dr. Juneman Abraham dalam Knowledge Sharing Series (KSS) #2 dari Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi bertajuk Manajemen Perpustakaan di Era Normal Baru: Menuju Tersusunnya Protokol untuk Perpustakaan di Indonesia. Subtema: Protokol Manajemen SDM dan Pengguna Perpustakaan di Era Normal Baru. Diselenggarakan pada 22 Juni 2020.
Gagas Sains dan Pancasila untuk Lawan Korupsi Ilmu, Prof. Juneman Jadi Guru Besar BINUS University https://t.co/Grl5lnssc0
— tvOnenews (@tvOneNews) June 1, 2023
Dr. Juneman Abraham adalah Psikolog Sosial dan Profesor (Guru Besar) pada Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara (BINUS) dalam bidang Psikologi Korupsi, Psikologi Perkotaan, Psikoinformatika, serta Psikologi Kebijakan Publik. Ia merupakan Pengurus Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) sejak 2008.
Cek juga Blog Sebelah 🙂 di http://juneman.blog.binusian.org
Resume Juneman Abraham:
Juneman Abraham merupakan Pengurus Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) sejak 2008 di tingkat Wilayah, Ikatan Minat, dan Pusat. Berprofesi sebagai dosen sejak 2008, eks-Kaprodi Psikologi Universitas Bhayangkara Jaya Polri (2008-2011), dan kini memimpin Kelompok Riset Perilaku Konsumen dan Etika Digital (Consumer Behavior and Digital Ethics/CBDE) di Universitas Bina Nusantara, sekaligus sebagai Profesor Psikologi Sosial di Jurusan Psikologi, Fakultas Humaniora dan Auditor Manajemen Mutu di BINUS University. Tersertifikasi sebagai Certified International Research Reviewer (CIRR) dari Komite Akreditasi Nasional (ISO/IEC 17024:2012 Certification); Perancang dan Fasilitator Pengembangan Komunitas dan Asesor Kompetensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP); Ethics Teacher dari UNESCO; dan Scientometrics dari Center for Science and Technology Studies (CWTS, Universiteit Leiden). Membantu Kementerian Dikbudristek sebagai Reviewer Dewan Pendidikan Tinggi (DPT) dan Reviewer Nasional Program Kreativitas Mahasiswa. Bersama Dr. Ide Bagus Siaputra, ia merupakan kontributor ANJANI (Anjungan Integritas Akademik Indonesia) atas penugasan Kementerian Ristekdikti. Sebagai pegiat Sains Terbuka (Open Science) di Indonesia, ia diundang sebagai Guest Speaker di Katholieke Universiteit Leuven, Belgia. Sebagai peneliti Psikologi Korupsi, ia diundang sebagai Keynote Speaker pada Association of Behavioural Researchers on Asians / Africans / Arabians (ABRA). Ia menjadi pembimbing dan penguji pada sejumlah Program Magister dan Doktor untuk tesis dan disertasi yang terkait dengan psikologi. Ia juga menjadi Ketua Dewan Editor dari ANIMA Indonesian Psychological Journal, anggota dewan editor Psikohumaniora, Journal of Cognitive Sciences and Human Development (JCSHD), dan ELIGIBLE: Journal of Social Sciences. Sebagai mitra bestari, ia memperoleh penghargaan dari Publons (Web of Science Group) sebagai One of The Top 1 Per Cent of Peer Reviewers in Multidisciplinary 2017 & 2018, diantaranya sebagai Reviewer dari Frontiers in Psychology, Journal of Social and Political Psychology, dan International Journal for Educational Integrity. Ia merupakan co-founder dari Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia (AIFI), Mata Kuliah Psikoetika (Psychoethics)di BINUS, serta International Conference on Biospheric Harmony (ICOBAR). Sebagai peneliti, melakukan riset-riset di bidang Psikologi Korupsi, Psikoinformatika, Perilaku Konsumen, dan Psikologi Kebijakan Publik.
Sebagai Anggota Dewan Pakar Perkumpulan Pengelola Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia serta Pengajarannya (PPJB-SIP), Dr. Juneman Abraham menyampaikan mengenai pokok-pokok isi jurnal bereputasi yang baik pada 12 Juni 2020.
Diantaranya ia menekankan inovasi dalam substansi dan tata kelola jurnal yang dapat menjadi kebanggaan komunitas akademik atau pun organisasi profesi bidang bahasa, sastra, dan pengajarannya. Pengelolaan jurnal ilmiah merupakan sebuah proses sosial yang diwarnai dengan kepiawaian dalam substansi, metodologi, serta filosofi. Sejumlah rekomendasi disampaikan dalam kegiatan ini.
Komunitas Good Science Indonesia (GSI) pada 29 Mei 2020 melakukan diskusi daring mengenai perkembangan komunikasi ilmiah di Indonesia. Berikut ini adalah pokok-pokok yang disampaikan oleh Dr. Juneman Abraham (mulai menit 1:20:00) di dalam Diskusi tersebut:
1. Kebenaran Ilmiah sifatnya Tentatif dan selalu terbuka terhadap Revisi. Artikel publikasi ilmiah sifatnya tidak final (statis). Hal ini hendaknya boleh tercermin dalam seluruh kebijakan penerbitan maupun praterbit. Sehingga tidak perlu bingung jika indeksasi dan sebagainya mencerminkan evolusi naskah (version 1, version 2, dst; bahkan hal ini sudah dilakukan Jurnal Bereputasi Quartile/Q1 F1000Research).
2. Organisasi profesi psikologi di Indonesia, HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia), dengan menyadari bahwa Psikologi secara global adalah salah satu bidang ilmu yang terdepan dalam mengadvokasi sains terbuka, telah melakukan beberapa langkah di dalam organisasi, seperti (a) menerbitkan Majalah Ilmiah Populer Profesi edisi khusus sains terbuka, (b) membuka akses seluruh buku di http://publikasi.himpsi.or.id, serta (c) memohon Executive Note untuk Buku HIMPSI kepada Menteri Pertahanan, Letjen TNI (Purn.) H. Prabowo Subianto, yang disetujui proposal note-nya mengintegrasikan ide sains terbuka, khususnya dalam kaitan dengan bidang Hankam (pertahanan dan keamanan) negara. Ini sekadar berbagi beberapa langkah sederhana yang masih perlu dikembangkan untuk mengarusutamakan sains terbuka.
3. Dialog dengan pustakawan adalah perlu. Setiap kampus memiliki Perpustakaan. Pustakawan biasanya mendalami ilmu informasi sehingga dapat lebih ‘nyambung’ untuk melakukan pengenalan dan ajakan implementasi praktik sains terbuka.
Beberapa Kepala Perpustakaan dan jajarannya mampu menjangkau faculty member dengan kebijakan-kebijakan library-nya (seperti pengarsipan mandiri, dsb). Hal ini terkait dengan brand awareness, reputation universitas dsb yang justru ingin dicapai kebanyakan perguruan tinggi yang ingin berkelas dunia.
4. Pengambil kebijakan sifatnya tidak homogen, melainkan heterogen. Tidak semua pengambil kebijakan tidak berterima dengan pracetak, RINarxiv dsb.
Cukup banyak yang dapat bersetuju bahwa pracetak MedRxiv dan Arxiv yang lain, misalnya berdasarkan situasi-situasi konkret berikut ini,
Ilmuwan Harvard: Virus Corona Seharusnya Sudah Menyebar di Indonesia
Alasan BMKG Pakai Jurnal Belum Peer Review Soal Corona dan Iklim
apabila diperhatikan sungguh-sungguh oleh segenap pemangku kepentingan kesehatan, akan menyelamatkan lebih banyak nyawa terkait serangan pandemi Covid-19. Jadi ‘pertaruhan’ kita akan hal penerimaan dan pemantauan (kritis) terhadap apa-apa yang berkembang dalam pracetak atau Arxiv sudah sampai pada taraf nyawa manusia. Arxiv hendaknya kita sikapi secara kritis (sama halnya dengan publikasi yang sudah peer-reviewed sekalipun) serta insafi arti pentingnya secara moral.
5. Sangat setuju bahwa komunikasi sains sangat perlu “digalakkan”. Kita punya ‘modal’ yang besar dimana penduduk kita gemar menggunakan media sosial. Komunikasi sains perlu menjangkau media-media non-jurnal/non-prosiding seperti demikian, justru untuk membuat riset-riset kita baik yang sudah terbit di jurnal/prosiding maupun belum lebih dikenal serta lebih bermaslahat buat bangsa dan negara.