Pada 19 Agustus 2022, saya berbicara di Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, mengenai Penulisan Artikel Ilmiah Terindeks SCOPUS.
Judul tersebut kurang dapat saya pahami karena dalam kenyataannya kasus-kasus yang terjadi pada indeksasi global, termasuk Scopus, seperti jurnal predator, jurnal terbajak (hijacked), jurnal discontinued, dan sebagainya, menunjukkan bahwa Kita harus selalu kembali pada makalah/paper/artikel-nya, bukan indeksnya.
Tidak ada yang benar-benar baku/standar. Contoh: tidak baku (baca: tidak selalu) bahwa artikel yang terbit di jurnal Q1 (Quartile 1)/Top-tiered (istilah yang masih problematik) lebih baik kualitasnya daripada artikel yang terbit di jurnal Q3 (Quartile 3) atau bahkan Non-Quartile. Tidak juga. Faktanya, semua itu bergantung pada proses ketekunan/keseriusan penulis/peneliti dalam merancang penelitian dan menghasilkan tulisan serta proses penelaahan sejawat (peer review) yang berlaku untuk setiap artikel (bukan jurnal).
Oleh karena judul tersebut kurang terpahami, maka dalam paparan salindia (Power Point) saya, saya menambahkan subjudul Good Research and Publication Practices (GRAPE).
Semoga bermanfaat untuk sejawat di Psikologi UNNES!